Draco Waterpark merupakan waterpark terbesar di Medan dengan luas
20.000 m2. Konsep dari Draco Waterpark ini adalah one stop entertainment
jadi Anda bisa melakukan bermacam aktivitas rekreasi dalam satu tempat
saja. Selain taman air Anda bisa menuju ke pusat jajanan, cinema XXI,
Maxrider 4D, gym, atau karaoke keluarga yang juga terdapat di kompleks
Hermes Place ini.
Jika Anda dan keluarga ingin mengunjungi
tempat ini, segeralah meluncur ke Jalan Monginsidi tepatnya di Hermes
Place Polonia Project. Dengan hanya Rp. 150.000 per orang Anda bisa
menikmati semua wahana permainan di waterpark ini.
Sabtu, 10 November 2012
Rabu, 07 November 2012
Hairos Water Park Medan
Hairos Water Park Medan
Objek Wisata yang cukup menggiurkan mayarakat ramai untuk
mengunjunginya. Terlebih dengan semua fasilitas hiburan yang ada. Ya,
Hairos Water Park Medan yang terletak di jalan Letjend Djamin Ginting Km
14,5 Medan ini ber - lokasi tidak jauh dari pusat Kota Medan, membuat
tempat wisata ini sangat cocok untuk kita kunjungi pada saat2 liburan,
apalagi jika waktu liburan yang kita miliki sekedar waktu liburan yang
singkat. ( Ehemm .. *_^ )
Hairos Water Park Medan, resmi di buka sejak tanggal 10 September. pas
hari H Lebaran 1431 H. dengan menampilkan Hairos Festival. 10 hari
pengunjung Hairos di hibur artis-artis dangdut dari Ibukota. ada Fanny
KDI, Ramez KDI, Putri Penelope dan masih banyak lagi yang lainnya.
Dengan keadaan yang sedemikian itu, maka tak heran pula bila sejak pukul
10.00 WIB pengunjung yang tidak hanya warga Kota Medan sudah memadati
berbagai fasilitas hiburan yang ada. Sejak mulai memasuki gerbang, Anda
pun akan ditawari wadah permainan seperti bom bom car, happy dragon,
mini flight, kuda pusing, video game, yang dilengkapi dengan café untuk
bersantai. Ada juga kebun binatang, perahu sampan, motor ATV, kincir
angin, dan water park sebagai fasilitas hiburan terbaru.
Menurut Koordinator Hairos Waterpark ( Pak Eko ), water park memiliki
beberapa fasilitas hiburan air yaitu kiddy pool (kolam anak), kolam
ombak, kolam arus, air terjun, dan waterboom setinggi 30 meter dengan
tiga jalur. “Kolam ombak dan kolam arus merupakan fasilitas yang hanya
ada di water park Taman Hairos ini. Begitu juga untuk waterboom yang
merupakan tertinggi di Kota Medan dan Sumatera Utara, yaitu setinggi 30
meter,” ucap Pak Eko.
Untuk waterboom, ( lanjut Pak Eko ), "Saat ini sudah difungsikan dua
jalur yaitu yang berwarna kuning dan merah. Begitu pula dengan seluruh
fasilitas hiburan yang ada sudah bisa difungsikan secara maksimal. Untuk
jalur ketiga masih dalam masa perbaikan begitu juga dengan beberapa
fasilitas seperti kolam ombak, air terjun, dan kolam arus yang masih
harus bergantian.
Untuk menikmati hiburan air di water park Taman Hairos Medan ini
pengunjung dikenakan biaya yang cukup ( hehehe *_* ). Yakni sebesar Rp50
ribu per - orang saat hari libur dan Rp35 ribu per- orang saat hari
biasa. Untuk anak berusia tiga tahun ke bawah tidak dikenakan biaya.
Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati kursi refleksi yang terdapat
di pintu masuk water park. Untuk fasilitas ini pengunjung dikenakan
biaya sebesar Rp10 ribu per - 15 menit. Pengunjung pun akan mendapatkan
souvenir berupa stiker ketika keluar.
Titi Gantung, Medan
Titi Gantung yang lokasinya dekat dengan stasiun besar kereta api Medan, selain memiliki nilai sejarah, arsitekturnya yang khas dan unik. Selayaknya tidak harus hilang ditelan masa dibandingkan dengan banyak bangunan bernilai sejarah lainnya. “Titi Gantung” yang semula diperuntukkan sebagai jalan lintas dan penyeberang jalan kaki, calon penumpang kereta api, mau pun pengunjung dan penonton berbagai kegiatan, antaranya “pasar malam” di Lapangan Merdeka. Semasa penjajahan Belanda, Lapangan Merdeka bernama Esplanade dan pada waktu pendudukan Jepang bernama Fukuraido.
“Pasar Malam” dulunya secara berkala sering diselenggarakan di Lapangan Merdeka, sebelum diaktifkannya Medan Fair di Jalan Jenderal Gatot Subroto semasa Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Marah Halim Harahap. “Pasar Malam” terakhir di Lapangan Merdeka yang bertajuk Pameran Pembangunan Sumatera Utara (Papemsu) diduga pada tahun 1964.
Bagian bawah bangunan “Titi Gantung” memiliki 2 pintu gerbang dan ruas jalan yang menghubungkan Jalan Veteran (dulunya Jalan Bali) dengan Jalan Pulau Pinang (sekarang). Hingga tahun 1950an ruas jalan melalui pintu gerbang tersebut, bila malam ketika kereta api, baik lokomotif dan gerbong tidak dioperasikan setelah “langsir” dan diparkirkan, bisa dilalui kendaraan dan pejalan kaki.
BANGUNAN “Titi Gantung” dekat stasiun besar kereta api, selain bertembok kokoh, unik dan khas dengan cirri-ciri dilihat dari arah Jalan Pulau Pinang memiliki kelebaran 40 – 50 meter dengan tinggi bangunan antara 7 – 8 meter dari permukaan jalan. Selain bagian bawahnya berpintu gerbang (tertutup), terdapat jalan berjenjang (tangga) di sebelah kanan dan jalan mendaki berlapis aspal dari 2 arah.
Dari arah Jalan Veteran juga memiliki pintu gerbang dan kini berfungsi sebagai gudang, di sebelahnya dimanfaatkan untuk kedai kopi.Bagian sebelah kanan terdapat jalan berjenjang (tangga) dan di sebelah kiri satu ruas jalan mendaki. Kelebaran “Titi Gantung” terbuat dari besi kokoh dan bagian lantainya berlapis aspal melewati di atas jalur rel kereta api yang berada di bawahnya, terentang panjang 40 – 50 meter.
Selasa, 06 November 2012
Isaq Kampung Ku
Isaq terletak di sebelah Selatan kota Takengon ibukota kabupaten Aceh tengah yang dapat ditempuh kira-kira 1 jam perjalan darat, di sepanjang perjalanan menuju kampung Isaq kita akan di suguhi pemandangan yang sangat indah, Bentangan hutan Pinus yang menjadikan perjalanan semakin mengasyikkan, Isaq adalah salah satu kampung tua yang ada di Provinsi Aceh, Sultan Ali Mughayat Syah pendiri kerajaan Aceh Darusalam juga berasal dari kampung Isaq ini. Tapi sayang kampung Isaq dari dulu hingga sekarang kurang sekali di perhatikan oleh pemerintah.
Isaq yg merupakan titik pertemuan 5 desa atau Kute yaitu Kute Baru, Kute Robel, Kute Riem, Kute Keramil dan Kute Rayang. Penduduknya
mayoritas gayo dengan penghasilan utama di bidang pertanian dan
peternakan seperti padi kopi dan kerbau.
Banyak tempat yang indah buat di kunjungi di kampung isaq ini seperti Gua Loyang Datu, Gua Loyang Kaming, Umah Pitu Ruang di buntul Linge, Atu Belah, Taman Buru Linge dan lain-lain.
Gayo Lues
Kabupaten Gayo Lues adalah salah satu kabupaten di provinsi Aceh, Indonesia dan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Tenggara dengan Dasar Hukum UU No.4 Tahun 2002 pada tanggal 10 April 2002, Kabupaten ini berada di gugusan pegunungan Bukit Barisan, Sebagian besar wilayahnya merupakan area Taman Nasional Gunubg Lauser yang telah dicanangkan sebagai warisan dunia. Kabupaten ini merupakan kabupaten yang paling terisolasi di Aceh.
Pada mulanya daerah Gayo dan Alas membentuk pemerintahan sendiri terpisah dari Kabupaten Aceh Tengah,
maka terbentuklah Kabupaten Aceh Tenggara (UU No. 4/1974) namun karena
kesulitan transportasi daerah Gayo ingin membentuk kabupaten tersendiri
maka terbentuklah Kabupaten Gayo Lues (UU No. 4/2002) dengan ibukota
Blangkejeren.
Geografi
Gayo Lues memilki luas wilayah 5.719 km2 dan terletak pada koordinat 3°40'46,13" - 4°16'50,45" LU 96°43'15,65" - 97°55'24,29" BT.
Transportasi
Rencana pembangunan Jalur Ladia Galaska (Samudera Indonesia, Gayo,
Alas, dan Selat Malaka) yang menghubungkan Samudera Indonesia dengan
Selat Malaka sangat diharapkan dapat memperbaiki tingkat perekonomian
masyarakat Gayo Lues. Saat ini, lalu lintas dari Blangkejeren, pusat
pemerintahan kabupaten, ke Banda Aceh harus melalui medan, Sumatera Utara.
Meskipun demikian, rencana ini banyak ditentang oleh kalangan pelestari
lingkungan hidup karena memotong zona utama taman nasional.
Gayo Lues kemudian dikenal dengan nama Negeri Seribu Bukit. Nama ini ditabalkan dan dipopulerkan oleh Mohsa EL Ramadhan, wartawan senior, Pemimpin Redaksi Koran Rajapost Banda Aceh, dan editor buku Memadamkan Bara di atas Ladia Galaska.
Buku yang ditulis oleh Muhammad Alikasim Kemaladerna ini adalah sebuah
solusi penyelesaian konflik pembangunan jalan Ladia Galaska antara
pemerintah dan pemerhati lingkungan di Aceh.
Suku
penduduk Gayo Lues berasal dari berbagai etnik. suku Gayo yang berbahasa Gayo, suku Aceh, Alas, Minang, Batak, Pakpak, Devayan dan Jawa serta Batak.
Radio Rimba Raya
Radio Rimba Raya adalah salah satu bukti sejarah kontribusi Aceh
terhadap berdirinya Negara Republik Indonesia. Tanpa diberitakannya
bahwa RI masih ada di Aceh setelah Jakarta dan Yoqyakarta lumpuh oleh
Agresi Militer Belanda II, Republik mungkin sudah tidak ada lagi.
Sejarah Singkat Radio Rimba Raya bisa dibaca disini http://id.wikipedia.org/wiki/Radio_Rimba_Raya http://acehpedia.org/Monumen_Radio_Rimba_Raya.
Bagi anda yang melintasi Bireuen – Takengon, tidak ada salahnya
mampir di monumen ini, perjalanan lebih kurang 80 menit dari Kota Juang
Bireuen, sebelum memasuki Pasar Lampahan, mampirlah di Desa Rime Raya,
dari Jalan raya sudah mulai nampak tugu monumennya yang menjulang
tinggi. Lokasinya sangat bagus berada di ketinggian yang sangat srategis
untuk melakukan trasmisi signal radio. Monumen yang diresmikan oleh
Menteri Koperasi/Kepala Bulog, Bustanil Arifin pada 27 Oktober 1987
sangat indah, tapi sayang saat ini kurang terawat dan banyak
coretan-coretan iseng.
Waduk PLTA Koto Panjang Kampar Riau
Sekitar 2 (dua) jam perjalan dari Pekanbaru menuju ke arah barat, kita
bisa menjumpai sebuah waduk yang berasal dari pembangungan PLTA
(Pembangkit Listrik Tenaga Air). Nama PLTA tersebut adalah PLTA Koto
Panjang yang terletak di Kawasan XIII Koto Kampar. Kawasan Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang yang berlokasi di Desa Merangin,
Kabupaten Kampar, Riau, ini memiliki panorama alam yang indah dengan
latar deretan bukit-bukit yang ditumbuhi berbagai jenis pepohonan. Dari
jauh terlihat bentangan Bukit Barisan yang menjadi hulu air waduk ini.
Air danaunya yang biru seakan-akan menarik pengunjung untuk mengarungi areal sekitar 12.900 hektar ini dengan perahu atau pompong. Kawasan yang asri dan tenang ini sangat cocok dijadikan tempat untuk melepaskan penat sehabis bekerja seharian atau sekadar untuk mencari inspirasi.
Kawasan PLTA Koto Panjang tidak semata-mata sebagai sumber tenaga listrik dan sumber air bersih. Tapi juga menyimpan nilai historis bagi masyarakat Kabupaten Kampar dan Kabupaten Lima Puluh Kota khususnya serta masyarakat Provinsi Riau dan Sumatera Barat pada umumnya. Kawasan PLTA Koto Panjang sendiri mulai dibangun pada tahun 1979. Kala itu Perusahaan Listrik Negara (PLN) berencana membangun dam skala kecil di Tanjung Pauh untuk memanfaatkan air Batang Mahat, anak Sungai Kampar Kanan. Pada September dan November 1979, TEPSCO (Tokyo Electric Power Service Co. Ltd.), sebuah perusahaan konsultan Jepang, mengirim tim pencarian proyek (project finding) ke Sumatera. Dari hasil survey yang dilakukan, TEPSCO mengusulkan pembangunan waduk berskala besar di pertemuan Sungai Kampar Kanan dengan Batang Mahat yang lokasi damsitenya di daerah Koto Panjang.
Pada Januari 1993, pembangunan proyek yang terletak di tapal batas Provinsi Riau dengan Provinsi Sumatera Barat ini pun dimulai. Proyek bendungan ini pun selesai pada Maret 1996. Begitu selesai, bendungan ini langsung diujicoba dengan penggenangan air. Tepat Jumat, 28 Februari 1997, penggenangan air secara resmi dilakukan.
Langganan:
Postingan (Atom)