Menikmati sejuta keindahan Pantai Gandoriah yang terletak di Kota
Pariaman sekitar 60 kilo dari Kota Padang, tidaklah lengkap rasanya
bila tidak melihat langsung dari dekat. Pantai dengan hamparan
pasir-pasir putih yang dibaluti hembusan angin sepoi-sepoi serta
deretan gugusan pulau-pulau kecil menambah daya tarik pantai kota yang
dijuluki Kota Sala Lauak itu.
keindahan yang memukau dari Pantai Gandoriah menangkis semua
ketakutan akan ancaman gempa dan tsunami sejak terjadinya gempa besar
Sumbar pada 30 September lalu. Kunjungan demi kunjungan ke Pantai
Gandoriah hingg kini, tak pernah berkurang. Masyarakat dari seluruh
penjuru Sumbar masih tetap setia berlama-lama melumat keindahan pantai
dengan semua hidangan dan makanan ringan yang dijajakan para pedagang di
sekitar lokasi. Pantaslah rasanya bila Pantai Gandoriah tersebut
menjadi kebanggaan Rang Piaman sebagai objek wisata keluarga dan syarat
dengan nuansa Islami.
Untuk mencari lokasi Pantai Gondoriah ini, memang tidak terlalu
susah, pengunjung cukup bertanya pada penduduk yang ditemui di sekitar
kawasan Pasar Tabuik Pariaman, dipastikan dengan ramah mereka akan
langsung menunjukkan lokasinya. Atau bagi pengunjung yang datang dari
Kota Padang, apalagi yang naik kereta api, jelas tidak akan kesulitan
menemukan lokasi Pantai ini, karena kebetulan letak stasiun
pemberhentian kereta api Pariaman persis berada di pintu gerbang Pantai
Gandoriah. Cukup melangkah beberapa langkah, pengunjung sudah tiba di
kawasan objek wisata Pantai Gandoriah.
Ketika sampai disini, dan memasuki gerbang depan pantai, pengunjung
dapat melepas lelah di beberapa palanta yang disediakan oleh pedagang.
Tak perlu beranjak dari tempat duduk, cukup duduk santai sambil
menikmati pemandangan pantai, puluhan penjaja Sala Lauak datang dengan
sendirinya. Para pengunjung dimanjakan dengan berbagai macam jajanan
yang ditawarkan Ajo dan Uniang ini.
Mulai dari sala lauak, ikan goreng, serta aneka jenis makanan
tradisional lainnya. Singkat kata, berkunjung ke Pantai Gandoriah, tak
akan membuat Anda bosan. Setiap hari libur atau peringatan hari besar,
kawasan objek wisata Pantai Gandoriah ini nyaris tak pernah sepi dari
pengunjung.
Terlebih sejak beroperasinya kembali angkutan kereta api yang
melayani penumpang jurusan Padang-Pariaman ini, selain memberikan dampak
positif terhadap peningkatan jumlah pengunjung, objek wisata yang sarat
dengan nuansa islami itu terus menggeliat. Keramahtamahan, canda tawa
dan tegur sapa dari para pedagang yang ada di sekitar Pantai Gandoriah
juga semakin melengkapi suasana keramaian disana.
Selain itu pengunjung bisa pula memanfaatkan daya tarik lain dari
Pantai Gandoriah ini. Diantaranya garis pantai yang jelas terlihat
pelupuk mata, baik ketika berjalan ditepinya, atau berkendara dijalur
pejalan kaki. Bahkan kini pejalan kaki akan dimanjakan pula dengan
kawasan bebas kendaraan yang diprogramkan lewat Car Free Day. Pengunjung
dapat leluasa menikmati keindahan pantai tanpa polusi.
Panti Gandoriah terus bersolek. Dukungan lain berupa kelengkapan
sarana dan prasarana di sekitar Pantai Gandoriah, termasuk fasilitas
jalan yang menghubungkan antara Pantai Gandoriah dengan sejumlah objek
wisata pantai yang ada di sekitarnya, seperti Pantai Cermin, Pantai Kata
menambah kenyamanan bagi para pengunjung.
Ditambah lagi telah dicanangkannya program “Car Free Day” di kawasan
itu. Benar-benar para pengunjung akan dimanjakan dengan kawasan bebas
polusi dan kebisingan kendaraan. Selain sehat, wisata di Pantai
Gandoriah juga menakjubkan.
Bila ditarik sejarahnya, Pariaman di zaman lampau adalah daerah yang
dikenal oleh pedagang bangsa asing semenjak tahun 1500-an. Catatan
tertua tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec Pires (1446-1524), seorang
pelaut Portugis yang bekerja untuk kerajaan Portugis di Asia. Saat itu
Tomec Pires mencatat telah ada lalu lintas perdagangan antara India
dengan Pariaman, Tiku dan Barus.
Pada masa itu, dua hingga tiga kapal Gujarat mengunjungi Pariaman
setiap tahunnya untuk berdagang dengan sistem barter antara kain
dibarter dengan emas, gaharu, kapur barus, lilin dan madu. Pires juga
menyebutkan bahwa Pariaman pada masa itu telah mengadakan perdagangan
kuda yang dibawa dari Batak ke Tanah Sunda.
Kemudian, pada tahun berikutnya sekitar tahun 1527 datang lagi pelaut
dari Perancis dibawah komando seorang politikus dan pengusaha bernama
Jean Ango. Pada waktu itu ia mengirim 2 kapal dagang yang dipimpin oleh
dua bersaudara yakni Jean dan Raoul Parmentier. Kedua kapal ini sempat
memasuki lepas pantai Pariaman dan singgah di Tiku dan Indrapura. Namun
catatan dua bersaudara tersebut tidak banyak ditemukan.
Kemudian pada tahun 1600 untuk pertama kali bangsa Belanda singgah di
Tiku dan Pariaman dengan 2 buah kapal yang dipimpin oleh Paulus Van
Cardeen yang berlayar dari utara (Aceh dan Pasaman) dan kemudian disusul
oleh kapal Belanda lainnya. Cornelis de Houtman yang sampai di Sunda
Kelapa tahun 1596 juga melewati perairan Pariaman.
Tahun 1686, orang Pariaman (Pryaman seperti yang tertulis dalam
catatan W Marsden) mulai berhubungan dengan Inggris. Sebagai daerah yang
terletak di pinggir pantai, Pariaman sudah menjadi tujuan perdagangan
dan rebutan bangsa asing yang melakukan pelayaran kapal laut beberapa
abad silam. Pelabuhan entreport Pariaman saat itu sangat maju. Namun
seiring dengan perjalanan masa pelabuhan ini semakin sepi karena salah
satu penyebabnya adalah dimulainya pembangunan jalan kereta api dari
Padang ke Pariaman pada tahun 1908.
Berawal dari pembangunan kereta api inilah, kini kereta api
dimanfaatkan untuk menghidupkan kembali geliat pantai Kota Pariaman.
Kalau dulu pantai banyak dimanfaatkan sebagai jalur perdagangan. Kini
pantai dimanfaatkan sebagai tempat berwisata dan mengenal kembali
keindahan Kota Pariaman tempoe doeloe.
Indah banget pantai Gandoriah Pariaman di Sumbar ini.
BalasHapus