Bila masyarakat di Sumatera Utara berbicara objek wisata tentang
pemandian air panas, tak pelak lagi arah pembicaraan pasti menuju Taman
Wisata Alam (TWA) Lau Sidebuk-Debuk. Objek wisata yang satu ini memang
tidak asing lagi di telinga wisatawan.
Umumnya, mereka yang sudah
berkunjung ke Berastagi sudah memiliki agenda wajib untuk singgah di
objek wisata yang terletak di kaki Gunung Sibayak ini, yang berjarak 10
km dari Berastagi, lebih kurang 58 km arah Selatan Kota Medan dan
memiliki ketinggian sekitar 2.100 km dari permukaan laut.
Mata
air panas yang muncul melalui retakan dari aliran lava di daerah selatan
lereng gunung api Sibayak ini dapat menyembuhkan penyakit kulit seperti
penyakit eksim dan gatal-gatal yang sering dibuat sebagai pengganti
mandi sauna. Bahkan penderita penyakit kulit menahun dan sulit
disembuhkan, banyak yang mengaku kembali sehat setelah mandi dengan air
belerang tersebut.
Pemandian air panas ini ramai dikunjungi wisatawan
di hari libur nasional. Puncaknya, pada malam hari. Karena itu banyak
diantara pengusaha yang membuka pemandiannya selama 24 jam, meski ada
juga diantaranya membatasi waktu kunjungan hingga pukul 24.00 Wib.
Pada
waktu–waktu tertentu, di lokasi ini ada kegiatan ritual yang acapkali
dilakukan masyarakat penganut kepercayaan Kalak Sipemena (animisme-red),
seperti erpangir ku lau (mandi ritual dengan air bunga-red). Menurut
kepercayaan mereka, hal ini bertujuan untuk membersihkan diri dari
roh–roh jahat dan “membuang” kesialan dari tubuh manusia.
Mereka
menyebut air bunga dengan Lau Pangiren yang terdiri dari jeruk purut,
rimo malem(jeruk biasa-red) dan bunga rampai. Sebelumnya, mereka lebih
dulu memberikan persembahan seperti sesajen.
Hal ini bisa dilihat
dengan ditemukannya sumur serta kotak-kotak kecil yang dipakai sebagai
tempat pemujaan atau sesajen. Berdasarkan kepercayaan Kalak Sipemena,
kawasan inimerupakan salah satu tempat suci dan keramat terbesar bagi
penganut aliran kepercayaan orang Karo dan sering dijadikan wisata
religi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar